26 September 2011

Ternak Sapi

Ternak sapi potong sudah merupakan komoditi yang sudah sangat adoptik oleh masyarakat dan sangat bermanfaat, Yang mempunyai nilai bukan hanya daging, susu, tulang, tanduk, bahkan tinjanya, pun mempunyai nilal ekonomis, bisa menambah pendapatan.
Makanannya pun murah dan cukup tersedia asal mempunyai lahan, hanya terdiri dari hijauan seperti rumput‑rumputan, semak dan sebagian daun pepohonan. Disamping itu bisa sekaligus bisa memanfaatkan limbah hasil pertanian seperti : dedak, ampas tapioka Yang kering, jerami dan lain sebagainya.
Untuk penggemukkan sapi, hasilnya cukup memberikan nilai ekonomis sebagai contoh sapi Peranakan Ongole (PO) lokal bisa mencapai kenaikan berat badan 0,7 s/d 1,14 kg per hari atau rata‑rata 0,81 kg per hari (hasil. penelitian stasion penelitian ternak Grati Jatim).
Untuk sapi Peranakan Frisien Holstein (PFH) kenaikan berat badan perhari 1,04 kg (hasil uji coba di BPT‑HMT tahun 1994).
Sedangkan hasil persilangan sapi potong luar Negeri atau hasil anak kawin suntik rata‑rata 1, 1 s/ d 1,6 kg per hari.
Pupuk kandang sebagai limbah kotoran sapi punya nilai ekonomis. Selain dijual juga bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kesuburan tanah, terutama dalam rehabilitas lahan kritis, atau tanaman lainnya seperti palawija maupun kebun rumput sendiri.
Masalah yang selalu menjadi kendala dalam pengembangan budi daya ternak sapi sampai saat ini adalah terbatasnya modal. Sedangkan teknik dan sarana sudah bisa diatasi oleh Instansi terkait yang organisasinya dibina melalui koperasi.

Jenis-Jenis Sapi Potong

Sapi asli Indonesia umumnya untuk sapi kerja dan potong, sapi yang banyak terdapat di Indonesia beberapa jenis antara lain

Sapi Bali
Sebagian besar terdapat di Bali. Lombok (NTB), NTT, Sulawesi Selatan dan sebagian Jawa Timur. Saat ini sudah tersebar di daerah‑daerah Transmigrasi melalui Proyek IFAD seperti . Riau, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan dan Lampung di Sumatera. Propinsi‑propinsi seluruh Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan bahkan Irian Jaya dan Timur‑Timur.Keistimewaan antara lain, kesuburan tinggi, dan tahan di daerah kering dimana rumputnya tidak begitu baik sayangnya badan kecil dan pertumbuhannya juga lambat.

Sapi Madur
Terutama di Pulau Madura dan sebagian Jawa Timur saat ini juga telah disebarkan di beberapa daerah Transmigrasi, warna merah Peformans dan besar tubuh hampir sama. dengan sapi‑sapi lokal seperti sapi Aceh atau Pesisir. Kesuburan juga tinggi dan bisa. beradaptasi dengan baik di daerah­-daerah kurang subur. Hanya saja badan /postur tubuh kecil.

Sapi Peranakan Ongole / PO
Tersebar di Pulau Jawa dan Sum Barat serta Sum Utara. Berasal dari persilangan Zebu (Ongole) dengan sapi‑sapi lokal. Yang asli Ongole ada di Sumba yang dikenal Sumba Ongole.Badan besar tetapi kesuburan agak rendah, angka kelahiran sekitar 15-17 bln/ekor. Lambat dewasa berat badan mencapai 300 s/d 450 kg per ekor yang betina dan 500 s/d 700 per ekor pada yang jantan.


Harga Bakalan Saat ini
Umur ± 1 tahun ± Rp. 2.000.000,‑
Umur ± 1 ½ ‑ 2 tahun ± Rp. 3.000.000,‑
Umur ± 2 ½ tahun keatas ± Rp. 3.500.000,‑ ‑ 4.000.000,‑
Kondisi sapi bakalan harus sehat tetapi tidak gemuk.

Lebih Lanjut Silahkan kontak kami.

Aset Koperasi





Budidaya Kakao

Cokelat atau kakao merupakan tanaman perkebunan/ industry berupa pohon yang dikenal di Indonesia sejak tahun 1560, namun menjadi komoditi yang penting sejak tahun 1591. Pemerintah Indonesia mulai menaruh perhatian dan mendukung industry kakao pada tahun 1975, setelah PTV VI berhasil menaikkan produksi kakao perhektar melalui penggunaan bibit unggul Upper Amazon Interclonal Hybrid, yang merupakan hasil persilangan antar klon dan sabah. Tanaman tropis tahunan ini berasal dari Amerika Selatan. Penduduk Maya dan Aztec di Amerika Selatan dipercaya sebagai perintis penggunaan kakao dalam makanan dan minuman. Sampai pertengahan abad XVI, selain bangsa Amerika Selatan, hanya bangsa Spanyol yang mengenal tanaman kakao. Dari Amerika Selatan tanaman ini menyebar ke Amerika Utara, Afrika dan Asia.

Manfaat Penanaman

Biji buah cokelat/ kakao yang telah difermentasi dijadikan serbuk yang disebut sebagai cokelat bubuk. Cokelat ini dipakai sebagai bahan untuk membuat berbagai macam produk makanan dan minuman. Buah cokelat/ kakao tanpa biji dapat difermentasi untuk dijadikan makan ternak.

Pembibitan
Perbanyakan tanaman kakao lebih sering dilakukan dengan cara genetatif karena bibit yang dihasilkan dalam waktu yang cepat dan dalam jumlah yang banyak.

1.      Persyaratan Benih
Benih yang baik berasal dari buah berbentuk normal, sehat dan masak dipohon, buah tersebut berwarna kuning, jika diguncang timbul suara dan jika ditekuk dengan tangan timbul gema. Bibit yang baik harus memenuhi persyaratan, antara lain :
1)      Pertumbuhan bibit normal, yaitu tidak kerdil dan tidak terlalu jagur.
2)      Bebas hama dan penyakit serta kerusakan lainnya.
3)      Berumur 4-6 bulan.

2.      Penyiapan Benih
Buah dipotong membujur, lalu benih yang berada dibagian tengah diambil sebanyak 20-25. Bersihkan lendir buah dengan meremas-remas dalam serbuk gergaji lalu dicuci dengan air dan direndam dengan fungisida. Benih dijemur dibawah sinar matahari. Benih yang baik memiliki daya kecambah sedikitnya 80%.

3.      Teknik Penyamaian Benih
Lokasi bedengan persemaian dibersihkan dari pohon dan rumput serta batu dan kerikil. Ukuran bedengan 1,2 x 1,5 m panjang 10-15 m dan tinggi 10 cm arah utara selatan. Tanah bedengan dicangkul 30 cm, setelah dirapikan diberi lapisan pasir 5-10 cm dan tepi bedengan diberi dinding penahan dari kayu/ batu bata. Bedengan diberi naungan dari anyaman daun alang-alang, kelapa/ dengan tinggi disisi timur 1,5 m dan sisi barat 1,2 m.
Sebelum disemai benih dicelip kedalam formalin 1,5% selama 10 menit. Benih dibenamkan (mata benih diletakkan dibagian bawah) kedalam lapisan pasir sedalam 1/3 bagian dengan jarak tanam 2,5 x 5 cm.
Segera setelah penyemaian, benih disiram. Penyiraman selanjutnya dilakukan dua kali sehari dan disemprot insektisida jika perlu. Setelah 4-5 hari dipersemaian benih sudah berkecambah dan siap dipindahtanamkan ke polybag.

4.      Pemeliharaan Pembibitan
Media pembibitan berupa campuran tanah subur, pupuk kandang dan pasir dengan perbandingan 2:1:1, kemudian media ini diayak dan dimasukkan kedalam polybag 20 x 30 cm sampai 1-2 cm dibawah tepi polybag.
Kecambah yang memenuhi syarat untuk dipindahkan kedalam pembibitan berkecambah pada hari ke 4-5 dan akarnya lurus. Satu kecambah kakao dimasukkan kedalam lubang sedalam telunjuk, lalu lubang itutup dengan media. Polybag berisi kecambah disimpan dilokasi pembibitan dengan jarak 60 cm dalam pola segitiga sama sisi. Supaya tidak bergerak, polybag diletakkan didalam alur sedalam 5 cm atau ditimbun dengan tanah secukupnya. Pembibitan dinaungi oleh pohon pelindung atau dibuat atap dari anyaman bambu.
Pembibitan disiran dua kali sehari kecuali hari hujan. Air siraman tidak boleh mengenai permukaan media. Bibit dipupuk setiap 14 hari sampai berumur 3 bulan dengan ZA (2 gram/ bibit) atau urea (1gram/ bibit) atau NPK (2 gram/ bibit). Pupuk diberikan pada jarak 5 cm melingkari batang kecuali untuk urea yang diberikan dalam bentuk larutan. Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida dan fungisida setiap 8 hari.

5.      Pemindahan Bibit
Setelah berumur 3 bulan, bibit dalam polybag dipindahkan kelapangan dan naungan dikurangi secara bertahap.
Bibit yang baik untuk ditanam dilapangan berumur 4-5 bulan, tinggi 50-60 cm berdaun 20-45 helai dengan sedikitnya 4 helai daun tua, diameter batang 8 mm dan sehat. Dengan jarak tanam 3 x 3 m, kebutuhan bibit untuk satu hektar adalah 1.250 batang termasuk untuk penyulaman.

Panen
Buah cokelat/ kakao bisa dipanen apabila perubahan warna kulit dan setelah fase pembuahan sampai menjadi buah dan matang usia 5 bulan. Ciri-ciri akan dipanen adalah warna kuning pada alur buah, warna kuning pada alur buah dan punggung alur buah, warna kuning pada seluruh permukaan buah dan warna kuning tua pada seluruh pemukaan buah.
Kakao masak pohon disirikan dengan perubahan warna buah :
a.       Warna buah sebelum masak hijau, setelah masak alur buah menjadi kuning.
b.      Warna buah sebelum masak merah tua, warna buah setelah masak merah muda, jingga, kuning.
Buah akan masak pada waktu 5,5 bulan (didataran rendah) atau 6 bulan (didataran tinggi) setelah penyerbukan. Pemetikan buah dilakukan pada buah yang tepat masak. Kadar gula buah kurang masak rendah sehingga hasil fermentasi kurang baik, sebaliknya pada buah yang terlalu masak, biji seringkali setelah berkecambah, pulp mengering dan aroma berkurang.

1.      Cara Panen
Untuk memanen cokelat digunakan pisau tajam. Bila letak buah tinggi, pisau disambung dengan bambu. Cara pemetikannya, jangan sampai melukai batang yang ditumbuhi buah. Pemetikan cokelat hendaknya dilakukan hanya dengan memotong tangkai buah tepat dibatang/ cabang yang ditumbuhi buah. Hal tersebut agar tidak menghalangi pembungaan pada periode berikutnya.
Pemetikan berada dibawah pengawasan mandor. Setiap mandor mengawasi 20 orang perhari. Seorang pemetik dapat memetik buah sebanyak 1.500 buah perhari. Buah matang dengan kepadatan cukup tinggi dipanen dengan sistem 6/7 artinya buah diareal tersebut dipetik enam hari dalam tujuh hari. Jika kepadatan buah rendah dipanen dengan sistem 7/15.

2.      Periode Panen
Panen dilakukan 7-14 hari sekali. Selama panen jangan melukai batang/ cabang yang ditumbuhi buah karena bunga tidak dapat tumbuh lagi ditempat tersebut pada periode berbunga selanjutnya.

3.      Prakiraan Produksi
Tanaman kakao mencapai produksi maksimal pada umur 5-13 tahun. Produksi perhektar dalam satu tahun adalah 1.000 kg biji kakao kering.

30 Maret 2011

Embung Kolam Penampungan Air, Lokasi Pengembangan Budi Daya Ikan

PENDAHULUAN
Salah satu cara untuk menanggulangi kekurangan air di lahan sawah tadah hujan adalah dengan membangun kolam penampung air atau embung.
Embung adalah kolam penampung kelebihan air hujan pada musim hujan dan digunakan pada saat musim kemarau.


TUJUAN PEMBUATAN EMBUNG
1. Menyediakan air untuk pengairan tanaman di musim kemarau.
2. Meningkatkan produktivitas lahan, masa pola tanam dan pendapatan petani di lahan tadah hujan.
3. Mengaktifkan tenaga kerja petani pada musim kemarau sehingga mengurangi urbanisasi dari desa ke kota.
4. Mencegah/mengurangi luapan air di musim hujan dan menekan resiko banjir.
5. Mempebesar persiapan air ke dalam tanah.

PERSYARATAN LOKASI
Beberapa syarat yang harus diperhatikan sebelum melaksanakan pembuatan embung yaitu:
Tekstur Tanah
1. Agar fungsinya sebagai penampung air dapat terpenuhi, embung sebaiknya dibuat pada lahan dengan tanah liat berlempung.
2. Pada tanah berpasir yang porous (mudah meresap air) tidak dianjurkan pembuatan embung karena air cepat hilang. Kalau terpaksa, dianjurkan memakai alas plastik atau ditembok sekeliling embung.

Kemiringan Lahan
1. Embung sebaiknya dibuat pada area pertanaman yang bergelombang dengan kemiringan antara 8 - 30 %. Agar limpahan air permukaan dapat dengan mudah mengalir ke dalam embung dan air embung mudah disalurkan ke petak petak tanaman, maka harus ada perbedaan ketinggian antara embung dan petak tanaman.
2. Pada lahan yang datar akan sulit untuk mengisi air limpahan kedalam embung.
3. Pada, lahan yang terlalu miring (> 30%) embung akan cepat penuh dengan endapan tanah karena, erosi.

Lokasi
1. Penempatan embung sebaiknya, dekat dengan saluran air yang ada di sekitarnya, supaya, pada saat hujan air di permukaan tanah mudah di alirkan ke dalam embung.
2. Lebih baik lagi kalau di buat di dekat areal tanaman yang akan diairi.
3. Lokasinya memiliki daerah tangkapan hujan.
Ukuran Embung
Embung bisa dibangun secara individu atau berkelompok tergantung keperluan dan luas areal tanaman yang akan diairi. Untuk keperluan individu dengan luas, tanaman (palawija) 0,5 hektar, misalnya, embung yang diperlukan adalah panjang 10m, lebar 5m dan kedalaman 2,5m 3m.

Jenis Tanaman Dan Cara Pengairan
Umumnya, embung digunakan untuk mengairi padi musim kemarau palawija seperti jagung, kacang tanah, kedelai, kacang hijau kuaci dan sayuran.
Mengingat air dari embung sangat terbatas, maka, pemakaianya, harus seefisien mungkin. Sebaiknya, teknik pengairan dilakukan dengan cara, irigasi tetesan terutama untuk palawija dan irigasi pada sela sela larikan.
Apabila air embung akan digunakan untuk mengairi padi dianjurkan untuk mengairi hanya, pada saat saat tertentu, seperti pada stadia primordia, pembungaan dan pengisian bulir padi. Sedangkan setiap kali mengairi tanah, cukup sampai pada, kondisi jenuh air.

Pembuatan Bentuk Embung
Bentuk embung sebaikmya dibuat bujur sangkar atau mendekati bujur sangkar, hal tersebut dimaksudkan agar diperoleh Wiling yang paling pendek, sehingga, resapan air melalui tanggul lebih sedikit.

Penggalian Tanah
Setelah diketahui letak, ukuran dan bentuk embung yang di inginkan tahapan selanjutnya, adalah penggalian tanah yang dapat dikeluarkan secara, gotong royong. Cara penggaliannya adalah sebagai berikut :
1. Untuk memudahkan pemindahan tanah, maka, tanah digali mulai dari batas pinggir dari permukaan tanah.
2. Untuk menghindari masuknya kotoran ke dalam embung terbawa, air limpasan, maka, keliling tanggul dibuat lebih tinggi dari permukaan tanah.
3. Saluran pemasukan air limpasan dan pembuangan dibuat sedemikian rupa, sehingga air embung tidak penuh/meluap. Jarak saluran pembuangan dari permukaan tanggul berkisar 25 50 cm.
Pelapisan Tanah Liat
1. Supaya tanggul tidak mudah bobol , sebaiknya dilakukan pemadatan secara bertahap dengan cara : tanah liat (lempung ) dibasahi dan diolah sampai berbentuk pasta, lalu ditempel pada dinding embung setebal 25 cm, mulai dari dasar kemudian secara berangsur naik ke dinding embung. Sambungan tanah yang berbentuk pasta tersebut di buat menyatu sehingga air embung tidak mudah meresap ke tanah.
2. Untuk menekan kelongsoran, pelapis dinding embung dipapas sampai mendekati kemiringan 70 80 derajat atau dibuat undakan.
3. Pada tanah berpasir resapan air ke bawah (per lokasi) maupun melalui tanggul agak cepat. Oleh karena itu dinding embung perlu di lapisi, bisa dari plastik, tembok atau campuran kapur dengan tanah liat.
4. Campuran kapur tembok dan tanah liat untuk memperkeras dinding embung dibuat dengan perbandingan 1:1 dengan cara kapur dibasahi dan dicampur dengan tanah liat sampai berbentuk pasta. Pasta tersebut ditempelkan pada dinding dan dasar embung hingga mencapai ketebalan 25 cm.

Usaha Ternak Sapi

PENDAHULIUAN
Ternak sapi potong sudah merupakan komoditi yang sudah sangat adoptik oleh masyarakat dan sangat bermanfaat, Yang mempunyai nilai bukan hanya daging, susu, tulang, tanduk, bahkan tinjanya, pun mempunyai nilal ekonomis, bisa menambah pendapatan.

Makanannya pun murah dan cukup tersedia asal mempunyai lahan, hanya terdiri dari hijauan seperti rumput rumputan, semak dan sebagian daun pepohonan. Disamping itu bisa sekaligus bisa memanfaatkan limbah hasil pertanian seperti : dedak, ampas tapioka Yang kering, jerami dan lain sebagainya.
Untuk penggemukkan sapi, hasilnya cukup memberikan nilai ekonomis sebagai contoh sapi Peranakan Ongole (PO) lokal bisa mencapai kenaikan berat badan 0,7 s/d 1,14 kg per hari atau rata rata 0,81 kg per hari (hasil. penelitian stasion penelitian ternak Grati Jatim).

Untuk sapi Peranakan Frisien Holstein (PFH) kenaikan berat badan perhari 1,04 kg (hasil uji coba di BPT HMT tahun 1994).
Sedangkan hasil persilangan sapi potong luar Negeri atau hasil anak kawin suntik rata rata 1, 1 s/ d 1,6 kg per hari.
Pupuk kandang sebagai limbah kotoran sapi punya nilai ekonomis. Selain dijual juga bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kesuburan tanah, terutama dalam rehabilitas lahan kritis, atau tanaman lainnya seperti palawija maupun kebun rumput sendiri.
Masalah yang selalu menjadi kendala dalam pengembangan budi daya ternak sapi sampai saat ini adalah terbatasnya modal. Sedangkan teknik dan sarana sudah bisa diatasi oleh Instansi terkait yang organisasinya dibina melalui koperasi.


JENIS JENIS SAPI POTONG
Sapi asli Indonesia umumnya untuk sapi kerja dan potong, sapi yang banyak terdapat di Indonesia beberapa jenis antara lain
1. Sapi Bali ;
Sebagian besar terdapat di Bali. Lombok (NTB), NTT, Sulawesi Selatan dan sebagian Jawa Timur. Saat ini sudah tersebar di daerah daerah Transmigrasi melalui Proyek IFAD seperti . Riau, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan dan Lampung di Sumatera. Propinsi propinsi seluruh Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan bahkan Irian Jaya dan Timur Timur.
Keistimewaan antara lain, kesuburan tinggi, dan tahan di daerah kering dimana rumputnya tidak begitu baik sayangnya badan kecil dan pertumbuhannya juga lambat.
2. Sapi Madura ;
Terutama di Pulau Madura dan sebagian Jawa Timur saat ini juga telah disebarkan di beberapa daerah Transmigrasi, warna merah Peformans dan besar tubuh hampir sama. dengan sapi sapi lokal seperti sapi Aceh atau Pesisir. Kesuburan juga tinggi dan bisa. beradaptasi dengan baik di daerah¬-daerah kurang subur. Hanya saja badan /postur tubuh kecil.
3. Sapi Peranakan Ongole / PO. ;
Tersebar di Pulau Jawa dan Sum Barat serta Sum Utara. Berasal dari persilangan Zebu (Ongole) dengan sapi sapi lokal. Yang asli Ongole ada di Sumba yang dikenal Sumba Ongole.

Badan besar tetapi kesuburan agak rendah, angka kelahiran sekitar 15-17 bln/ekor. Lambat dewasa berat badan mencapai 300 s/d 450 kg per ekor yang betina dan 500 s/d 700 per ekor pada yang jantan.
Selain ketiga jenis sapi tersebut saat ini yaitu mulai tahun tujuh puluhan sudah dimasukkan sapi potong unggul asal Eropa /Sub. Tropis seperti : Charolcais, Simmental, Limousin, Hereford, Angus, Brahman dan persilangannya. Sapi ini di Introdosir melalui kawin suntik, sapi sapi ini sangat ekonomis apabila dipelihara secara intensif. Badan besar dimana yang jantan bisa mencapai 1 ton lebih sedangkan yang betina beratnya 550 s/d 750 kg/ekor. Cepat dewasa pertumbuhannya per hari seperti dapat di lihat tabel berikut ;
Pertambahan Berat/Hari dari berbagai Jenis Sapi : 0
No Jenis Sapi Rata-rata Pertambahan
Berat B n/hari Pertambahan Berat
Maximum hari
1 Charolais 1,30 Kg/hari 1165 Kg/hari
2. Simmental 1,30 Kg/hari 1,60 Kg/hari
3. Limounsin 1,20 Kg/hari 1,55 Kg/hari
4. Hereford 1,04 Kg/hari 1,50 Kg/hari
5 Angus 0,95 Kg/hari 1,27 Kg/hari
6. Brahman 0,91 Kg/hari 1,35 Kg/hari
7. P. Ongole 0,81 Kg/hari 1,15 Kg/hari

Sumber data: Team Tekhnis PUPT DITJEN Peternakan
Penggemukan Sapi/Kreman:

Dari uraian diatas nampak bahwa penggemukan sapi/kereman merupakan usaha yang cukup ekonomis, selain bisa memanfaatkan tanah kosong atau kurang subur sekaligus dapat menyerap tenaga kerja keluarga yang menganggur / meningkatkan produktifitas.
Sapi yang sudah digemukkan biasanya laku dijual per kg kira kira ½ dari harga 1 kg daging. Berat satu ekor sapi biasanya disebut berat hidup/berat badan. yang lazim disebut berat badan. Harga. per kg berat badan sapi yang siap potong dengan kwalitas selesai di kerem. (Gemuk) biasanya 1 ½ harga daging per kg bahkan bisa lebih.

Kalau. seekor sapi diperlukkan 0 ,81 kg/hari dan lama pengemukan 6 bulan maka hasilnya dapat dikalkulasikan sebagai berikut:
6 x 30 x 0,8 x Rp. 10.000,- = ± Rp. 729.00,- -per ekor
2
Hal ini hanya untuk PO yang baik Sedangkan untuk sapi persilangan atas hasilnya Al kenaikan berat badan perhari sekitar 1 kg, sehingga hasiInya menjadi:
6 x 30 x 1 x Rp. 10.000, = ± Rp. 900.000, per ekor
2
Kalkulasi ini dapat sebagai patokan apabila disertai pemberian makan yang cukup dan umur yang sesuai.

Umur Awal Penggemukan:
Lamanya penggemukan ditentukan umur bakalan yang digemukkan misalnya
Umur ± 1 Tahun lama penggemukan yang ekonomis selama. minimal 1 tahun, Umur bakalan 1 'A 2 tahun lama pengemukan 6 10 bulan. Umur lebih dali 2 ½ tahun lama penggemukan 4 6 bulan.
Harga Bakalan Saat Ini sebagai berikut :
Sapi PO : Umur ± 1 tahun ± Rp. 2.000.000,
Umur ± 1 ½ 2 tahun ± Rp. 3.000.000,
Umur ± 2 ½ tahun keatas ± Rp. 3.500.000, 4.000.000,
Kondisi sapi bakalan harus sehat tetapi tidak gemuk.

Pemberian Makanan
Agar pertumbuhan yang dicapai maksimal selama. diberi rumput yang cukup dan kwalitas baik harus diberi makanan penguat (Konsentrat). Sebagai patokan untuk hijauan diperlukan. rumput sebagai berikut untuk :
Kebutuhan standar makanan hijauan minimal 10 % dari berat badan ternak sapi. Kalau Berat Ternak 300 Kg maka kebutuhan hijauan minimal 30 Kg per hari.

Untuk Makanan penguat konsentrasi diberikan sbb :
Standar kebutuhan Makanan penguat/konsentrat adalah 1% dari Berat Badan ternak sapi.
Konsentrat bisa terdiri dari
- Dedak halus
- Ubi kayu
- Tepung ubi/ampasnya
- Bungkil
- Jagung giling
Dan dicampur garam 29 % dari berat konsentrat. Uutuk mencapai kenaikan berat badan yang tinggi konsentrat, yang diberikan harus dengan kadar protein 15 16%.
Pemberian rumput setelah pemberian konsentrat pagi, agar konsentrat bisa dihabiskan. Selanjutnya pemberian rumput minimal 4 kali per hari yaitu
Pagi sehabis pemberian konsentrat dan jam 11.00 pagi.
Jam 12.30 13.00 diberi air minum, setelah itu jam 14.00 diberi lagi rumput dan yang terakhir jam 17.00 akan lebih baik kalau malam juga diberi hijauan (rumput) masing masing 11/4 x jumlah rumput per hari ¼ bagian rumput yang disediakan. Akan lebih baik kalau pemberian rumput sampai 5 atau 6 per hari.

PERHITUNGAN ANALISA USAHA

Untuk 5 ekor sapi, rumput ditanam sendiri :
Untuk 5 ekor dibutuhkan 5 x 50 kg 250 kg rumput per hari, setahun = 365 x 5 x 150 kg = 91.250 kg atau ± 91 ton.

Produksi rumput raja 1 ha/ tahun sdd :
1.70 ton/ha/thn hasil penelitian Balai Penelitian Ternak Bogor. Dengan pemupukan urea 900 kg + kcI 150 kg + Tsp 150 kg + pupuk kandang 30 ton/thn/ha.

840 ton/ha/thn hasil uji coba BPT HMT Padang Mengatas dengan pupuk kandang 30 ton/ thn.
Hasil masyarakat sekitar Padang Mengatas saat ini ± 600 ton/thn/ha hanya pupuk kandang dan Urea seadanya.
Untuk 5 ekor sapi berat badan 400 500 kg dibutuhkan 91 ton/thn.
Equivalen dengan 91 x 1 ha = 0, 15 ha lahan.
600
Untuk 5 ekor hanya dibutuhkan lahan 0,2 ha - ¼ Ha.

Konsentrat :
Paling tinggi 3 kg/hr/ekor yang terdiri dari dedak 2 ½ kg + Bungkil ½ kg dengan nilai saat ini :
(2 ½ x Rp. 120) + ½ x Rp. 350) = Rp. 475, per ekor, per kg = Rp. 475, : 3 = Rp. 158, paling tinggi Rp. 160 dan akan disediakan KUD bekerjasama dengan kelompok.

Tenaga Kerja :
Tenaga. kerja adalah tenaga kerja keluarga yang dimanfaatkan secara bersama¬sama Bapak bapak, ibuk dan anak anak.


ANALISA HASIL USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG
UNTUK 1 EKOR

1. Kredit (Modal) yang dibutuhkan
1. Seleksi/evaluasi lapangan Rp. 10.000,¬-
2. Biaya Transportasi dan Akomodasi Rp. 45.000,
3. Pembuatan Kebun Rumput + Bibit Rumput Rp. 205.000,¬-
4. Pembangunan Kandang Rp. 400.000,¬-
5. Pembelian Sapi (1 x 300 x Rp. 25.000, ) Rp. 7.500.000,-¬
6. Pengadaan Konsentrat x (1 x 180 x 3 Kg x Rp. 800) Rp. 432.000,¬-
7. Dana Kesehatan Ternak Rp. 50.000,¬-
8. Dana Pembinaan Rp. 58.000,-
Jumlah Kredit (Modal) yang diperlukan Rp. 8.700.000,-

KEBUTUHAN DANA UNTUK MODAL KERJA
(6 BULAN)

No Jenis Modal Kerja Satuan Jumlah (Rp)
1 Ekor
1 Sapi Bakalan Ekor 7.500.000,-
2 Makanan Konsentrat Ekor 30.000,-
3 Makanan Konsentrat Ekor/ Kg 432.000,-
4 Kesehatan ternak Ekor 50.000,-
5 Dana pembinaan Unit 58.000,-
6 Tenaga kerja Orang 900.000,-
JUMLAH 8.970.000,-


KEBUTUHAN UNTUK DANA INVESTASI


No Jenis Modal Kerja Satuan Jumlah (Rp)
1 Ekor
1 Kandang Unit 400.000,-
2 Pembuatan kebun rumput Ha 205.000,-
3 Peralatan kandang Unit 100.000,-
4 Sumber air Unit 50.000,-
5 Seleksi/ Evaluasi Lapangan Ekor 10.000,-
JUMLAH 765.000,-